Selasa, 01 Desember 2015

Aceh Place




Baturrahman Of Mosque (Mesjid Baiturrahman)


Baiturrahman Grand Mosque is a Mosque located in the center of Banda Aceh city, Aceh Province. The Baiturrahman Grand Mosque is a symbol of religion, culture, spirit, strength, struggle and nationalism of Acehnese people. The mosque is a landmark of Banda Aceh and has survived the Boxing Day Tsunami.

Translate
Masjid Agung aiturrahman adalah Masjid yang terletak di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol dari agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini adalah tengara dari Banda Aceh dan telah selamat dari hantaman Tsunami.

 MEUSEUM TSUNAMI ACEH

Tsunami Museum is a museum in Banda Aceh which was designed as a symbolic monument to the earthquake and the 2004 Indian Ocean tsunami at the same time educational center and emergency shelter if a tsunami occurs again

Translate:
Meuseum Tsunami adalah sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.

Taman Putroe Phang
Taman Putroe Phang is a park built by Sultan Iskandar Muda (1607-1636) for the queen Putroe Phang derived from the kingdom of Pahang. This park was built for the sultan loved Princess of Pahang and that the queen was not alone when the sultan to run the government.

Construction of the park told the request of Putroe Phang, princess brought to Aceh by Sultan Iskandar Muda after empire conquered Pahang.

Inside the park there is a small gate Pinto Khop is shaped dome which is the door that connects the park with the palace. Pinto Khop is the resting place of Princess Phang, having tired of swimming, not far from the structure's history, that is where the maids wash hair empress. There were also an empress for shampoo and shower flowers.


Translate:
Taman Putroe Phang adalah taman yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) untuk permaisurinya Putroe Phang yang berasal dari Kerajaan Pahang. Taman ini dibangun karena sultan sangat mencintai Putri Pahang dan agar sang permaisuri tidak kesepian bila di tinggal sultan menjalankan pemerintahan.

Pembangunan taman dikisahkan merupakan permintaan dari Putroe Phang, putri raja yang dibawa ke Aceh oleh Sultan Iskandar Muda setelah kerajaan Pahang ditaklukan.

Di dalam taman ini terdapat Pinto Khop yaitu gerbang kecil berbentuk kubah yang merupakan pintu yang menghubungkan taman dengan istana. Pinto Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan, di sanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Di sana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri keramas dan mandi bunga.


Lonceng Cakra Donya

Cakra Donya bells are historical objects which now is one of the collection of the Museum Aceh. Historically this bell given by the Chinese empire by Admiral Cheng Ho who is a formidable sailor, as a bond of friendship between the Chinese empire and the Kingdom of Aceh

Translate:
Lonceng Cakra Donya merupakan benda bersejarah yang kini merupakan salah satu koleksi Museum Aceh. Menurut sejarahnya lonceng ini diberikan oleh kerajaan China melalui Laksamana Cheng Ho yang merupakan pelayar tangguh, sebagai ikatan persahabatan antara kerajaan China dengan Kerajaan Aceh



 Indra Patra, Purwa, and Puri 
The Sultanate of Aceh Darussalam was built on the ruins of Hindu and Buddha kingdoms,that existed beforesuch as the Kingdom of Indra Purba, the kingdom of Indra Purwa the kingdom of Indra Patraand theIndrapura (Indrapuri) kingdom.
The Indra Purwa kingdom allegedly existed 2,000 years before ChristIn the course of its historythe kingdom of Indra Purwa had been attackedby SrivijayaColaChinaPortugaland othersBetween 1059-1069 AD,Chinese soldiers, who had occupied the Kingdom of Indra Jaya, occupied the kingdom of Indra Purwa, which at that time was ruled by MaharajaIndra Sakti.





Translate:
Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri).
Kerajaan Indra Purwa diduga sudah ada 2.000 tahun sebelum Masehi. Dalam perjalanan sejarahnya, Kerajaan Indra Purwa pernah diserang oleh Sriwijaya, Cola, China, Portugis, dan lain-lain. Di antara 1059-1069 M, prajurit China yang sudah menduduki Kerajaan Indra Jaya menyerang Kerajaan Indra Purwa yang pada waktu itu diperintah oleh Maharaja Indra Sakti.



Syiah Kuala

Teungku tomb of Sheikh Abdurrauf  or Singkil (Singkil, Aceh in 1024 H / 1615 AD - Kuala Aceh, Aceh in 1105 H / 1693 AD) was a great scholar of the famous Aceh. He had a great influence in the spread of Islam in Sumatra and the Archipelago in general. The term is also famous title is Teungku Shiite Kuala (the Acehnese language, meaning cleric Sheikh Kuala).

His full name is Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. According to the history of the community, his family came from Persia or Arabia, who came and settled in Singkil, Aceh, at the end of the 13th century. In his youth, he first learned on his own father. He later also studied at clerics in Fansur and Banda Aceh. Next, he went a pilgrimage, and in the process pelawatannya he studied at various scholars in the Middle East to explore Islam.

Translate:
Makam teungku Syiah atau Syekh Abdurrauf Singkil (Singkil, Aceh 1024 H/1615 M - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala).

Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.
Share:
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Copyright © the love story | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com